Oleh: Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya
Aku meninggalkan Kota halaman dengan pedih.
Berat sungguh, kaki melangkah.
Serupa terhukum mati menuju regu tembak.
Tahukah kau, mengapa aku begitu sedih?
Karena pergi darimu itu,
seolah nafas dipaksa tanggal dari parunya.
Melepas genggam erat tanganmu itu,
bagai sang dahaga menolak air.
Menjauhi harum wangi tubuhmu itu,
laksana rindu dipalingkan dari dekap pelukan.
Akulah,
Kembara lara nestapa itu.
Kelana dengan beban sukma berduka
Aku meninggalkan Kota halaman dengan pedih.
FISIP Untag Surabaya
Aku meninggalkan Kota halaman dengan pedih.
Berat sungguh, kaki melangkah.
Serupa terhukum mati menuju regu tembak.
Tahukah kau, mengapa aku begitu sedih?
Karena pergi darimu itu,
seolah nafas dipaksa tanggal dari parunya.
Melepas genggam erat tanganmu itu,
bagai sang dahaga menolak air.
Menjauhi harum wangi tubuhmu itu,
laksana rindu dipalingkan dari dekap pelukan.
Akulah,
Kembara lara nestapa itu.
Kelana dengan beban sukma berduka
Aku meninggalkan Kota halaman dengan pedih.
0 wicara:
Posting Komentar